Mahasiswa

Saturday, 28 February 2015

CERPEN disertai Struktur Teks dan Amanat

JAKET DARI KAKAK
Aku memiliki seorang kakak laki-laki yang sangat aku banggakan. Dia tampan, baik hati, penyayang, dan dia pandai. Nama kakakku adalah Agrarino Devan Samala. Aku biasa memanggilnya kak Devan. Aku sangat menyayanginya. Tapi di sisi lain aku sangat iri padanya.
Ini semua berawal dari kemenangan kakakku dalam beberapa olimpiade dan kompetisi. Seperti olimpiade Geografi tingkat SMA se Provinsi, Kompetisi debat masalah perekonomian Indonesia antar SMA tingkat Kabupaten, lomba bulu tangkis tingkat Kecamatan, dan lain-lain. Sehingga orangtua ku sangat memanjakan kakak. Apapun yang diinginkan kakak selalu dipenuhi. Tak tanggung-tanggung, kakakku minta motorpun langsung dibelikan. Sedangkan aku?? Minta dibelikan jaket baru saja sampai saat ini tidak dibelikan. Padahal harganya hanya Rp.185.000.
Aku sangat ingin membeli jaket itu dalam waktu dekat ini. Jaket yang aku inginkan bukanlah jaket biasa. Kalau mau membeli jaket itu, aku harus pesan dulu secara online di salah satu website toko K-pop. Jaket itu ada tulisan “Part Of Shappire Blue Ocean in the World” di bagian belakang. Sedangkan bagian depan sebelah kanan ada tulisan “ELF Indonesia”. Jaket itu berwarna biru safir. Aku ingin membelinya karena akan ada acara berkumpulnya fans boyband Super Junior di Kotaku. Andai uang tabunganku tidak aku habiskan untuk membeli tiket konser Super Junior bulan kemarin, mungkin aku masih bisa membelinya.
“Gea!!” 
Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. Sontak aku terkejut dan langsung menoleh.
“Kak Devan? Iih nyebelin! Kaget tau!!”. Gerutuku kesal setelah tau yang mengagetkanku adalah kak Devan.
“Kamu sih.. lagi nonton tv tapi pikirannya kemana-mana! Mikirin apa sih adikkuu ini?”. Katanya sambil mengacak-acak rambutku.
“Emm.. Gea lagi.. gak jadi deh! Gea males cerita ke kakak..”.
Kak Devan kemudian duduk di sampingku.
“Kenapa? Gakpapa lagii.. siapa tau kakakmu yang ganteng ini bisa membantu..”.
Aku menatapnya. Kak Devan pun demikian.
“Gea.. pengen beli sesuatu kak.. tapi mama sama papa gak mau beliin sampai sekarang.. Gea kesal..” Ucapku sambil menunduk.
“Jaket ELF?” Tanya kakakku memastikan.
Aku mengangguk.
“Nanti kakak belikan ya!”.
Aku langsung menatap kakakku dengan berkaca-kaca.
“Kakak serius?” Ucapku pelan.
Kakak tersenyum sambil mengangguk.
Aku sangat senang melihat senyuman kakakku. Dia sangat mempesona saat tersenyum. Apalagi wajah kakakku tidak pernah disinggahi jerawat. Beruntung sekali pacar kakak. Bisa mendapatkan sosok lelaki yang sempurna seperti kakakku.
“Tapi ada satu syarat”. Ucapnya kemudian.
Aku sedikit kecewa sih sebenarnya, aku kira aku akan mendapatkannya dengan cuma-cuma. Tapi ternyata malah ada syaratnya.
Aku memasang wajah cemberut pada kakakku.
“Mau gak?”
“Apa dulu syaratnya?”
“Sebentar”. Kakakku kemudian bangkit menuju kamarnya.
Beberapa detik kemudian, ia kembali membawa secarik kertas. Dia memberikan kertas itu padaku.
“Kamu harus ikut itu” Katanya sambil tertsenyum senang.
Aku menatapnya curiga, lalu tanpa basa-basi aku langsung membaca kertas itu.
Beberapa detik kemudian, mulutkku menganga lebar. Sedangkan kakakku tertawa puas.
“Baca puisi???”. Tanyaku.
Sekali lagi kakakku mengangguk yakin.
“Kak.. Gea itu gak bakat baca puisi.. mana mungkin Gea bisa menang..”
“Jangan kira kakak gak tau ya, kamu kalo rumah sepi suka baca-baca puisi di depan cermin kan?” Ucapnya sembari menahan tawa.
Mukaku bersemu merah. Sial!
“Bagaimana kakak tau? Pasti bibi yang kasih tau!”
“Jangan salahin bibi ah! Orang kakak tau sendiri kok”
“Itu bukan bakat Gea kak, Gea hanya menjadikannya sebagai hobi saja..”
“Ya udah kalo gak mau ikut, jangan nyesel lho”. Kata kakakku sambil bangkit dari duduknya, kemudian hendak pergi meninggalkanku.
“Kak! Tunggu!”
Kakakku menoleh.
“Ya?”
“Kalo Gea gak menang, apa kakak masih mau membelikannya?”
“Emm.. minimal kamu harus juara harapan tiga”
Lomba itu akan dilaksanakan seminggu lagi, kakakku sudah mendaftarkanku sebagai peserta. Setiap hari kakakku menemaniku berlatih membaca puisi.
“Mana ekspresinya??” Itulah kata-kata kakakku yang seringkali dia lontarkan. Dan membuatku jengkel setiap kali harus mengulang.
Aku dan kakakku tidak memberi tau mama dan papa, sengaja memang. Supaya bila aku menang nanti bisa menjadi kejutan untuk mereka. Dan bila aku gagal mereka tidak akan merasa kecewa.
Waktu berjalan semakin cepat.
Hari ini adalah hari perlombaan baca puisi. Aku sudah berada di deretan kursi peserta. Aku mendapatkan nomor urut 35 dari 70 peserta.
Aku mencari-cari kakakku, tapi aku tidak melihatnya.
“Kakak dimana sih?” Batinku dalam hati.
Aku sudah berkali-kali menghubunginya, tapi tak ada jawaban.
“Peserta nomor 35!!” MC mengumumkan agar aku tampil.
Di atas panggung, aku melihat banyak sekali orang-orang yang menontonku. Tanganku tiba-tiba berkeringat dingin, jantungku berdegup kencang. Aku mengepalkan tangan untuk menguatkan diriku sendiri. Sesekali aku menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan.
Hampir satu menit, dan aku masih belum memulai membaca puisi.
Tiba-tiba aku melihat kakakku memasuki ruangan perlombaan dengan tergesa-gesa. Nafasnya ngos-ngosan. Aku bisa melihat jelas dari raut mukanya bahwa dia sangat menyesal telah datang terlambat.
Dia tersenyum padaku sambil mengepalkan tangannya ke atas pertanda memberi semangat.
Aku mengangguk. Lalu ku alihkan pandanganku ke kertas berisi puisi yang diberikan MC padaku. Aku membacanya sekilas. Dan aku sudah mengerti ekspresi apa yang harus aku mainkan dan nada membaca bagaimana yang harus aku gunakan.
Selesai tampil, aku menghempaskan tubuhku di kursi taman. Taman itu berada di samping gedung perlombaan.
“Kamu sudah berusaha! Ini makanlah” Kata kakakku sambil menyodorkan es krim padaku.
Aku menerimanya dengan senang hati.
“Gea gak yakin bisa menang kak”. Ucapku sembari mencomot es krim itu.
Kakakku duduk di sebelahku. Lalu merengkuh pundakku.
“Walaupun kakak gak melihat penampilan semua peserta, tapi kakak tau kamu yang terbaik di antara peserta lain, nanti kalau kamu juara satu, kamu minta apapun kakak akan kasih secara percuma”
“Kalau gak menang?”
“Ya.. gakpapa, kakak gak akan belikan kamu jaket itu, tapi kakak akan teraktir kamu es krim selama seminggu, untuk menghargai kerja kerasmu selama ini”
Aku senang mendengar jawaban bijak kakakku. Aku berharap kakakkku akan terus seperti ini padaku. Lalu aku menyandarkan kepalaku di pundaknya.
“Makasih ya kak, Gea sayang sama kakak, sayang banget!”
Kakakku tersenyum mendengarkan ucapanku.
“Ngomong-ngomong, kenapa kakak datang terlambat?” Tanyaku.
“Tadi di kelas ada ulangan mendadak, ya kakak berusaha secepat mungkin menyelesaikannya, lalu kakak kabur dari sekolah”
“Jadi kakak kesini gak bawa motor?”
“Kakak lari kesini, makanya tadi kakak ngos-ngosan, hehe..” Katanya sambil memamerkan deretan giginya yang putih.
Setelah beberapa lama di taman, aku dan kakak kembali ke gedung perlombaan untuk mendengarkan pengumuman pemenang. Jantungku berdegup sangat kencang.
“Juara pertama perlombaan baca puisi tingkat SMP se Bandung diraih oleh peserta nomor.. 35!!! Gea Princessa Samala!!” Kata MC.
Aku dan kakakku masih diam. Seolah-olah kami tidak sadar kalau yang disebut adalah namaku.
“Gea Princessa Samala harap maju ke depan!”
Aku dan kakakku sadar secara bersamaan. Kami saling menatap.
“GEA!! KAMU MENANG!! KAMU MENANG!!” Kata kakakku senang sambil mengguncangkan tubuhku.
Aku mengangguk, air mataku tak dapat ditahan untuk keluar. Kakak langsung memelukku.
“Selamat ya adikku.. kerja kerasmu terbayar sudah! Sudah jangan nangis! Maju sana! Ambil hadiahnya..”
Kami pulang membawa piala dan hadiah uang tunai senilai Rp.5.000.000,-
Mama dan papa terlliat kaget sekaligus bangga pula padaku. Sekarang aku tau bagaimana rasanya membuat orangtua bangga. Membanggakan orangtua memberikan kepuasan batin tersendiri. Jadi, selama ini perasaan seperti ini yang dialami kakakku setelah membanggakan mama dan papa.
Aku hendak menagih jaket yang dijanjikan kakakku, tapi dia terlihat sangat lelah, sehingga aku tak bisa mencegahnya masuk ke kamarnya.
Aku membuka pintu kamarku, kemudian menutupnya. Terdapat sebuah kotak di atas kasurku. Aku langsung mengambilnya. Ada tulisan “Dari Devan”. Aku sangat bersemangat untuk membukanya.
Tapi setelah membukanya, rasanya aku ingin sekali membuangnya di depan muka kakakku. Yang ada di dalam kotak itu memang jaket. Tapi bukan jaket yang aku inginkan selama ini. Jaket yang diberikan kakakku adalah jaket keluaran terbaru di Kota ku. Aku tidak suka jaket ini, aku hanya ingin jaket ELF, bukan jaket ini.
Aku langsung menghampiri kakakku di kamarnya. Tanpa ketuk pintu, aku langsung masuk ke kamarnya. Kakakku sedang berkutik dengan laptopnya di atas kasur.
Dia tampak terkejut dengan kedatanganku.
“Gea!!” Katanya sambil bangkit menuju ke arahku.
Tanpa diminta, air mataku sudah keluar.
“Kak.. Gea kan gak minta jaket yang itu!! Kakak sudah janji bakal belikan Gea jaket ELF yang Gea inginkan! Tapi kenapa kakak belikan yang itu?! Untuk apa kak?! Gea gak suka! Gea benci sama kakak! Pokoknya Gea benci sama kakak!”
Akupun keluar dari kamar kakak dengan amarah yang tak bisa ku kendalikan. Sampai-sampai aku menutup pintu kamar kakak dengan keras. Bisa dibilang membanting.
Mama dan papa pasti sudah tidur, dan mereka tidak akan bisa mendengar pertengkaranku dengan kakak, karena kamarku dan kamar kakak ada di lantai atas. Sedangkan kamar mama dan papa di lantai bawah.
Aku mengunci pintu kamarku, lalu aku menangis di baliknya.
“Padahal selama ini aku sudah berusaha keras demi jaket itu..” Gumamku disela-sela isak tangisku.
DOK!! DOK!! DOK!!
“Gea..”
Aku tau itu kakakku.
“Pergi dari situ!! Gea benci sama kakak!”
“Gea.. kamu gak mau dengerin penjelasan kakak?” Ucap kakak dari balik pintu.
“Gak!! Kakak pergi dari situ!! Gea gak mau bicara sama kakak!”
“Gea.. maafin kakak ya”
Aku hanya diam.
Keesokan harinya, aku sengaja berangkat sepagi mungkin, karena aku malas bertemu kakakku.
Di sisi lain.
Devan keluar dari kamar, ia mendapati sebuah kotak. Kotak itu adalah kotak yang ia letakkan di kamar Gea kemarin. Devan mengambilnya, lalu membukanya.
Jaket itu masih utuh. Terdapat secarik kertas di atasnya. Devan membaca tulisan yang tertera di kertas itu. “GEA GAK SUKA JAKET INI, LEBIH BAIK JAKET INI BUAT KAKAK SENDIRI AJA!”
Tanpa disadari, air mata Devan keluar dari persembunyiannya.
Sepulang sekolah, Devan langsung ke Jakarta untuk mencari toko K-pop yang menjual jaket ELF yang diinginkan Gea.
Setelah beberapa jam, akhirnya dia sampai di K-pop Shop itu. Untungnya, jaket ELF itu masih ada, tinggal satu stoknya.
“Untung jaketnya masih ada! Maafkan kakak ya Gea.. harusnya kakak tau kamu gak pengen jaket lain selain jaket ini..” Katanya sambil memandangi bingkisan yang berisi jaket ELF itu.
Devan mencari tempat untuk istirahat sebentar, kemudian ia menulis sebuah surat untuk Gea.
Setelah beberapa menit, Devan kembali memacu motornya ke Bandung untuk memberikan hadiah yang sebenarnya diinginkan oleh Gea.
Karena sudah hampir petang, Devan memacu motornya dengan kecepatan melebihi batas. Sehingga tanpa dia sadari di sebuah pertigaan tempat dia belok, ada mobil truk dari arah berlawanan. Kecelakaan mautpun tak bisa dihindari. Tubuh Devan terlempar beberapa meter dari motornya. Sedangkan bingkisan yang berisi jaket Gea jatuh tak jauh dari tubuhnya. Devan berusaha meraih bingkisan itu. Dia merangkak untuk mngambil bingkisan itu. Padahal keadaannya sudah sangat parah.
Tapi akhirnya Devan bisa meraih bingkisan itu. Dia menggenggam erat bingkisan itu. Lalu dia terbaring memandang langit. Kenangan masa kecil berputar di ingatannya. Semakin lama nafas Devan semakin sesak. Dan perlahan tubuhnya terasa kaku. Matanya tak kuat lagi untuk menatap. Orang-orang mulai banyak yang mengerumuninya.
Akhirnya Devan menutup matanya, dan menghembuskan nafas untuk terakhir kali. Dia meninggal dengan menggenggam bingkisan untuk Gea.
Di rumah
Aku merasa sangat gelisah sejak berangkat sekolah tadi. Aku selalu kepikiran kakak. Dan entah kenapa rasanya aku sangat merindukan kakakku. Aku ingin sekali minta maaf padanya, karena aku sudah bilang kalau aku membencinya.
Aku mondar-mandir di teras rumah. Mama dan papa belum pulang dari bekerja.
Hari sudah petang, biasanya kak Devan paling lambat pulang jam empat sore, tapi ini sudah jam setengah tujuh petang, dia belum juga pulang. Sebenarnya kemana dia?
Beberapa menit kemudian, mobil ambulance datang ke rumahku. Aku sangat terkejut sekaligus takut. Ada apa? Siapa yang ada dalam ambulance itu?
Tiba-tiba mama dan papa keluar dari mobil ambulance itu, mereka menangis. Aku langsung menghampiri mereka.
“Ada apa ma? Pa?” Tanyaku pada mereka.
Hatiku benar-benar berdegup cepat.
Mama dan papa langsung memelukku. Aku masih kebingungan sebenarnya siapa yang ada di dalam ambulance ini?
“Kakakmu.. meninggal..” Kata Papa.
DEG!!!! Rasanya jantungku berhenti berdetak.
Air mataku tak bisa ku bendung lagi. Aku tak tahan menopang tubuhku. Aku terduduk lemah sambil menangis tak percaya.
“Nggak.. nggak mungkin!!” Ucapku sambil menggeleng disela-sela tangis.
Jenazah kakak diturunkan dari ambulance. Kain putih yang menutupinya penuh dengan darah.
Aku masih tak percaya. Aku ingin sekali memastikan itu kak Devan atau tidak.
Aku menghampiri jenazah yang tertutupi kain putih penuh darah itu. Dengan tangan yang bergetar dan jantung yang berdegup kencang, aku memberanikan diri untuk membuka sedikit kain itu.
Aku melihat wajah kakakku tertidur pucat. Dia tersenyum dalam tidurnya. Wajahnya yang tampan kini penuh dengan darah.
“KAKAK!!!!” Teriakku.
Aku memeluk tubuhnya yang terbujur kaku untuk terakhir kalinya.
“Maafkan Gea kak.. maafkan Gea..”
Mama dan Papa merengkuh pundakku.
Dan untuk terakhir kalinya, aku mencium kening kakak dan mengelus rambutnya yang penuh darah.
“Gea sayang sama kakak, selamanya!! Maafkan Gea kak..”
Kemudian jenazah itu ku tutup lagi dengan kain.
“Gea, kakakmu meninggal di tempat dengan menggenggam ini. Sepertinya ini untukmu nak” kata Mama sambil memberikan bingkisan berwarna pink.
Aku menerimanya dengan tangan bergetar.
Perlahan ku buka bingkisan itu. Tangisku semakin menjadi-jadi setelah aku tau kalau di dalam bingkisan itu ternyata adalah jaket ELF keinginanku. Jaket yang sudah dijanjikan kakakku.
“Maafkan Gea kak..” Ucapku sambil memeluk jaket itu seolah-olah kakakku.
Mama mengelus pundakku, menguatkanku.
“Ini, ada suratnya juga Gea” Kata Mama.
Aku tidak mau membacanya di sini.
“Ini semua gara-gara Gea ma.. ini semua karena Gea..”
“Ini sudah takdir Yang Kuasa nak.. cobalah mengikhlaskan kakakmu..”
Aku langsung berlari ke kamar kakakku.
Aku duduk di kasurnya, sambil memeluk bantalnya.
“Gea gak akan pernah melihat senyuman kak Devan lagi, Gea gak akan bisa memeluk kak Devan lagi, Gea gak akan pernah bisa manja ke kak Devan lagi..” Aku tak henti-hentinya menangis menyesali kejadian kemarin saat aku bilang membecinya.
Aku mengambil foto close up kak Devan di atas meja belajarnya.
“Kak.. kakak kan sudah janji  sama Gea, kalau Gea juara satu, kakak akan kasih apapun yang Gea inginkan secara percuma, sekarang Gea gak minta apa-apa, Gea cuma mau kak Devan selalu ada di samping Gea.. Gea pingin kakak hidup lagi.. gak ninggalin Gea.. Gea mau minta maaf sama kakak, karena kemarin Gea bentak-bentak kakak, dan bilang kalo Gea benci sama kakak.. Gea gak beneran benci sama kakak.. Gea Cuma kebawa emosi aja.. maafin Gea kak..”
Aku memeluk foto kakakku.
Tiba-tiba ada angin yang berhembus di kamar kakak, angin itu bertiup seolah sedang mengelus rambutku. Dan aku mencium bau aroma parfum yang selalu dipakai kakakku.
Aku teringat surat dari kakakku. Aku langsung duduk di kasur dan mulai membaca surat itu.
To : Gea
From : Devan
         Dear my lovely little sister,
Kakak minta maaf ya Gea.. kakak udah ingkar janji, kakak malah belikan kamu jaket yang lain. Ini kakak belikan jaket yang benar-benar kamu inginkan! Pulang sekolah jam 2 kakak langsung berangkat ke K-pop Shop di Jakarta. Untung masih ada jaketnya, tinggal 1. Sebenarnya kakak sudah cari di toko-toko K-pop Bandung.. tapi jaket seperti itu sudah tidak diproduksi lagi.. jadi kakak belikan kamu jaket keluaran terbaru saja untuk sementara, kakak kira kamu akan suka. Karna gak nemu jaketnya, kakak browsing di internet cari toko K-pop yang masih jual jaket ELF, dan ternyata masih ada di K-pop shop Jakarta. Daripada kakak beli online, kan lama tuh.. jadi kakak langsung ke sana.. takut jaketnya keburu dibeli orang. Hehe..
Udahan dulu ya surat dari kakak, sekali lagi kakak bilang “Maafin kakak ya Gea.. kakak sayang sama Gea.. sampai kapanpun itu, sampai ajal menjemput kakak, kakak akan tetap sayang sama Gea, sekalipun Gea benci sama kakak, tapi kakak akan selalu sayang sama Gea..”
Devan

Setelah membaca surat itu, aku langsung mencari jaket yang pertama kali dikasih kakak padaku.
Aku menemukannya di dalam lemarinya.
“Dua jaket ini akan menjadi jaket kesayangan Gea selamanya! Maafkan Gea kakak.. Gea sayang sekali sama kakak.. Gea gak akan pernah lupain kakak.. Gea sayang kakak selamanya, seperti kakak menyayangi Gea..” Ucapku sambil memeluk 2 jaket yang diberikan kakak padaku.
THE END
Struktur Cerpen :
1.    Abstraksi :
Gea memiliki kakak lelaki bernama Devan. Gea sangat  sayang kakaknya. Tapi disisi lain Gea juga iri padanya. Karena keinginan kakaknya yang selalu dipenuhi orangtuanya.
2.    Orientasi :
Gea ingin membeli jaket ELF, tapi uangnya telah habis untuk membeli tiket konser. Gea menceritakan pada Devan, dan Devan mau membelikannya dengan satu syarat yaitu Gea harus ikut lomba baca puisi dan Gea harus jadi pemenangnya. Setelah berlatih keras, akhirnya Gea memenangkan perlombaan itu.
3.    Konflikasi
Jaket yang diberikan Devan pada Gea tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan Devan pada Gea, sehingga  Gea sangat marah pada Devan.
4.    Evalusi
Kemarahan Gea membuat Devan harus pergi ke salah satu toko K-pop yang masih menjual jaket ELF keinginan Gea di Jakarta. Sepulang sekolah Devan langsung berangkat ke Jakarta. Dan untungnya jaket itu stoknya tinggal satu.
5.    Resolusi
Devan kecelakaan saat hendak pulang dari Jakarta. Dia meninggal dengan menggenggam bingkisan berisi jaket ELF keinginan Gea. Mengetahui itu, Gea sangat menyesal telah marah pada kakaknya bahkan bilang kalau membencinya.
6.    Koda
Jaket ELF dan jaket yang sebelumnya ditolak oleh Gea kini akan menjadi jaket kesayangan Gea selamanya, karena kedua jaket itu adalah pemberian terakhir dari kakaknya, Devan.

Amanat :
1.    Jangan berburuk sangka pada orang lain.
2.    Jangan terlalu cepat emosi sebelum mendapatkan penjelasan yang sebenarnya.
3.    Terimalah apapun hadiah yang diberikan orang lain, selama hadiah itu baik dan bermanfaat.

4.    Sebelum terlambat, hendaklah meminta maaf dulu pada siapapun yang pernah anda kecewakan, dll.