Mahasiswa

Wednesday, 19 July 2017

Ada Apa dengan Medhok?????

Assalamu'alaikum readers!!!
Kali ini saya akan sedikit mengutarakan isi hati saya tentang "Medhok"
Tentu sudah banyak dari kalian yang mengerti, apa itu Medhok. Namun, untuk yang belum mengerti, Medhok adalah suatu istilah yang menggambarkan seseorang yang saat berbicara dalam Bahasa Indonesia, logat Jawanya masih sangat terasa, seperti dalam pelafalan huruf D, G, B, dll. Apabila masih bingung, coba deh teman kalian yang asli Jawa dan jarang berbicara dalam Bahasa Indonesia, kalian suruh bicara dalam bahasa Indonesia, simpel deh, suruh nyebutin angka dua sama tiga, ntar ketahuan dah, bagaimana mereka saat melafalkan huruf D dan G.

Nah, sudah tahu kan apa itu Medhok? 


Jadi di sini, saya itu suka bingung. Mengapa orang yang bicaranya Medhok seringkali ditertawakan? Lucu ya? Ya.. baiklah, alasan lucu masih bisa saya terima. Saya sendiri pun kalau mendengar teman saya bicaranya amat sangat medhok, saya akan tertawa, tapi tawa itu saya lakukan di dalam hati. Mengapa saya lakukan di dalam hati? Agar teman saya tidak terluka.. Dia sedang berusaha berbicara dalam Bahasa Indonesia, jadi saya sangat menghargai dan mengapresiasi dia, tapi orang lain tidak melakukan hal yang sama dengan saya. Tidak masalah jika teman Medhok mu itu tidak sakit hati-an, tapi bagaimana jika dia memiliki hati yang amat sangat sensitif dan mudah sekali baper? Nah, kamu akan dosa loh..

Jadi sebenarnya, saya juga termasuk dalam salah satu orang Medhok tersebut. Akan saya tunjukkan perspektif saya tentang masalah ini. Saya mewakili orang Medhok, ingin mencurahkan kepada kalian apa isi hati kami. Menjadi mahasiswa yang mengharuskan kita untuk berinteraksi dengan beranekaragam orang membuat kami harus bisa berbicara dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kebanyakan yang berasal dari kampung (Jawa), mereka terbiasa berbincang dengan Bahasa Jawa dan sangat jarang menggunakan Bahasa Indonesia kecuali saat presentasi di kelas. Maka dari itu, lidah kami masih terasa kelu jika langsung dipaksa berbicara menggunakan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Percayalah, menjadi tidak Medhok itu PERLU WAKTU. Terkadang butuh waktu tahunan untuk bisa menjadi sangat lancar dan tidak medhok, namun ada juga yang hanya butuh waktu singkat, semua itu tergantung pergaulan dan usaha masing-masing. 

Tapi ya, saya mewakili orang Medhok, saya sudah berusaha untu berbicara tidak Medhok, tetapi saya tidak tahan lama-lama. Raasanya mulut saya tidak nyaman jika tidak medhok, dan pada akhirnya apa yang perlu saya sampaikan kepada orang lain tidak tersampaikan dengan baik. Sehingga, seringkali saya tidak medhok HANYA di awal dan di tengah-tengah, saya medhok lagi. Mengapa? Nah, saya akan bercerita sedikit. Misalnya saja saat presentasi, di awal, seperti perkenalan dan penjelasan awal materi, saya bisa menjelaskan dengan tidak Medhok, saya bisa memang, tapi TIDAK LANCAR, adaaaa saja, kata-kata yang belibet. Terkadang juga saya jadi terdengar cadel jika berbicara tidak Medhok. Akhirnya di pertengahan presentasi, saya berpikir "Duh apaan sih, kenapa aku harus memaksa diriku untuk bicara tidak medhok? Dari pada presentasiku jelek, sebaiknya aku menjadi diriku sendiri, biarlah meskipun aku medhok, yang penting apa yang perlu kusampaikan mengena ke audience". Meski awalnya ada yang cekikikan, tapi toh pada akhirnya mereka jadi paham terhadap apa yang saya sampaikan.

Jadi.. saya hanya ingin kalian yang bicaranya tidak Medhok, menghargai mereka yang bicaranya Medhok.. Kalau mau ngetawain, pikir-pikir lagi deh, jangan sampai kamu berdosa akibat rasa sakit hati dari temanmu yang tak kunjung usai. Jika kamu temannya, kamu pasti akan membantunya agar menjadi seseorang yang lebih baik, bukan malah menertawakan dan mengejeknya. Oke? Hargai mereka.. Medhok itu tidak salah kok, justru Medhok itu menunjukkan bahwa dia adalah orang Jawa asli, dan itu tidak ada salahnya. Memang itulah budayanya. Ini tidak hanya berlaku untuk yang bersuku Jawa, tetapi suku lain juga, setiap orang pasti logatnya berbeda-beda, hargailah masing-masing perbedaan itu. Dan menghargai itu bukan dengan cara menertawakan. Sepakat??





FPA
Mahasiswi yang Menulis Sesuka Hati